Picsart_25-09-26_02-51-10-758


POST Ambon — 25 September 2025


POST AMBON – Warga Desa Rumah Tiga, Wailela, RT 001/RW 002, Kota Ambon, kembali dibuat kecewa dengan lambannya penanganan infrastruktur oleh pemerintah. Proyek perbaikan jalan utama yang mulai dikerjakan sejak Juli lalu hingga kini tidak kunjung dilanjutkan. Jalan dibiarkan terbengkalai tanpa kejelasan, sementara ribuan warga setiap hari masih harus melewati jalur rusak itu

Jalan tersebut bukan sekadar lorong sempit atau jalur alternatif. Ia merupakan akses vital yang menghubungkan permukiman warga, sekolah, kampus, puskesmas, gereja, hingga desa-desa yang berada di bagian atas wilayah Wailela. Dengan kata lain,

mangkraknya jalan ini otomatis melumpuhkan aktivitas masyarakat yang setiap hari menggantungkan diri pada jalur tersebut.

“Ini jalan utama, bukan lorong kecil. Orang sekolah lewat sini, orang sakit ke puskesmas lewat sini, jemaat mau ke gereja juga lewat sini. Tapi sampai sekarang pemerintah diam saja, tidak ada reaksi,” ujar Ibu Sinkor Puti, warga setempat yang ditemui di lokasi, Kamis (25/09/25).

Menurut Puti, masyarakat sudah cukup bersabar menunggu sejak Juli, namun fakta di lapangan berbicara lain: tidak ada kelanjutan pekerjaan. Material dibiarkan terbengkalai, lubang jalan makin parah, bahkan kendaraan yang melintas kerap terjebak saat hujan. Warga menilai pihak Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Maluku telah lalai menjalankan tugasnya.“Kalau proyek ini memang serius, kenapa dibiarkan setengah jalan? Jangan hanya datang kerja sebentar lalu hilang tanpa kabar. Sampai kapan masyarakat harus menunggu?” tambahnya dengan nada kesal.

Kondisi jalan yang rusak parah ini jelas membahayakan keselamatan warga. Anak sekolah terpaksa berjalan kaki lebih jauh, kendaraan roda dua kerap terpeleset, sementara ambulans dan kendaraan darurat sulit melintas. Situasi ini tidak hanya merugikan secara ekonomi, tetapi juga menyangkut nyawa manusia.

 

Warga menilai pemerintah terkesan menutup mata. Padahal, anggaran infrastruktur jalan setiap tahun digelontorkan dengan jumlah besar. Namun, implementasinya di lapangan selalu menyisakan tanda tanya. “Kami tidak butuh janji. Yang kami butuh adalah tindakan nyata. Jalan ini harus segera diperbaiki, karena ini kebutuhan dasar masyarakat,” tegas Puti.

 

Kemarahan masyarakat semakin memuncak karena jalan Wailela sejatinya adalah urat nadi transportasi di kawasan tersebut. Ia menjadi jalur utama menuju kampus, sekolah, puskesmas, hingga pusat aktivitas keagamaan. Jika akses ini dibiarkan hancur, maka pemerintah sama saja membiarkan rakyatnya terisolasi.

 

Hingga berita ini diturunkan, pihak BPJN Maluku maupun instansi terkait tidak memberikan tanggapan resmi. Ketidakjelasan sikap pemerintah membuat warga bertanya-tanya: apakah proyek ini benar-benar serius dikerjakan, atau sekadar formalitas untuk menghabiskan anggaran tanpa hasil?

Upaya Konfirmasi

Tim POST AMBON sudah berupaya meminta keterangan dari pihak BPJN Maluku. Saat dihubungi, Astrid—yang disebut sebagai penanggung jawab media atau bagian Humas—hanya memberikan jawaban singkat:

 

“Selamat malam kaka, sebentar saya konfirmasi dengan PPK dulu nya,” ujar Astrid.

 

Namun, saat tim kembali menanyakan perkembangan konfirmasi melalui pesan WhatsApp, hingga kini Astrid belum memberikan respon lebih lanjut.

 

Masyarakat Wailela kini bersuara lantang: mereka menuntut pemerintah segera menyelesaikan jalan tersebut. Tidak ada alasan lagi untuk menunda, sebab setiap hari ribuan orang harus berjuang melewati jalur rusak yang sebenarnya sudah seharusnya layak digunakan sejak lama.

 

Jika pemerintah tetap abai, masyarakat tak segan menganggap proyek ini sebagai bukti nyata kegagalan BPJN Maluku dalam mengelola infrastruktur publik. Warga mengingatkan bahwa jalan bukan sekadar beton dan aspal, melainkan hak rakyat untuk mendapatkan akses layak demi keberlangsungan hidup yang aman dan bermartabat.

 

redaksi: @POSTAMBON.com |

 

About The Author

Tinggalkan Balasan