Lapangan Merdeka Ambon pagi itu dipenuhi pegawai pemerintahan, petugas kebersihan, dan perwakilan masyarakat. Acara yang dipimpin langsung oleh Wali Kota Bodewin M. Wattimena itu menggabungkan apel kebersihan, peresmian sembilan unit dumptruck, dan penyerahan paket sembako bagi petugas kebersihan sebagai bentuk penghargaan.
Wattimena menyatakan bahwa World Cleanup Day bukan sekadar simbol, melainkan panggilan untuk mengubah kebiasaan dan menjadikan pengelolaan sampah sebagai bagian dari budaya publik. Ia menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, swasta, lembaga pendidikan, serta masyarakat.
“Kota Ambon tidak ingin ketinggalan dalam gerakan yang baik dan mulia ini. Semangat kebersamaan inilah kunci keberhasilan kita dalam menciptakan lingkungan yang bersih, sehat, dan nyaman untuk kita huni bersama.” — Wali Kota Bodewin M. Wattimena
Dalam sambutannya, Wattimena mengingatkan bahwa alat dan armada hanya menyelesaikan sebagian masalah. Perubahan perilaku—seperti mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, memilah sampah dari sumbernya, dan menghentikan kebiasaan membuang sampah ke sungai atau selokan—adalah inti perjuangan jangka panjang.
Wattimena bersama Wakil Wali Kota Ely Toisutta menargetkan persoalan sampah di Kota Ambon dapat diatasi dalam dua tahun pertama
“strong kepemimpinan mereka. Penambahan sembilan truk pengangkut sampah oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Persampahan (DLHP) dinilai akan memperkuat distribusi dan frekuensi pengangkutan di wilayah-wilayah strategis kota”.
Langkah ini juga mendapat respons positif dari petugas kebersihan yang hadir. Selain armada baru, paket sembako yang diserahkan ke ratusan petugas menjadi simbol perhatian pemerintah terhadap pekerja garis depan yang menjaga kebersihan kota setiap hari.
Momentum Untuk Gaya Hidup Ramah Lingkungan
Pemerintah Kota mengajak warga menggunakan momentum WCD untuk memulai pola hidup ramah lingkungan—mengurangi sampah, memilah sejak rumah tangga, dan memaksimalkan daur ulang. Forkopimda dan pimpinan OPD didorong aktif mengawal program edukasi di sekolah, pasar, dan komunitas masyarakat.
“Sungai dan selokan bukan tempat pembuangan sampah. Gunakan fasilitas yang sudah disediakan pemerintah,” tegas Wattimena sambil mengingatkan pentingnya penerapan aturan dan sanksi administratif bagi pelanggar kebersihan.
Catatan: Langkah Nyata, Tantangan Perilaku
Penambahan armada merupakan langkah taktis. Namun efektivitasnya bergantung pada pola pengelolaan sampah terpadu—mulai dari pengumpulan, pemilahan, pengangkutan, hingga fasilitas pengolahan akhir yang memadai. Pakar lingkungan menekankan pentingnya integrasi kebijakan, investasi fasilitas pengolahan, serta kampanye perubahan perilaku berkala.
Jika target dua tahun diwujudkan, Ambon berpotensi menjadi contoh regional pengelolaan sampah perkotaan. Di sisi lain, tanpa penguatan regulasi dan partisipasi publik, armada baru hanya akan menjadi solusi sementara.
Acara di Lapangan Merdeka ditutup dengan apel dan komitmen bersama untuk menjadikan kebersihan sebagai tanggung jawab kolektif. Dari panggung resmi sampai ke rumah-rumah warga, tantangan sesungguhnya adalah membangun kebiasaan baru yang tahan lama.