Menurut Ketua Dewan Kemesjidan PP KAMMI, peristiwa memilukan ini berisiko menimbulkan fobia di kalangan pemuda untuk masuk ke masjid. Padahal, seharusnya masjid menjadi wadah bagi pemuda untuk berkreasi dan beristirahat dengan tenang, terutama di tengah gempuran modernisasi yang tak jelas arah. Fungsi masjid sebagai pembentuk karakter generasi muda pun terancam memudar.
Oleh karena itu, desakan agar Bahlil Lahadalia, selaku Ketua Dewan Pembina Pemuda Masjid Dunia (Dunia Melayu Dunia Islam – DMDI), untuk segera bersuara kian mengemuka. Peran signifikannya dalam organisasi yang fokus pada pengembangan masjid, khususnya yang melibatkan generasi muda, diharapkan dapat mencegah timbulnya rasa takut di kalangan pemuda. Masjid tidak boleh berubah menjadi tempat yang menakutkan, melainkan harus tetap menjadi ruang yang ramah untuk istirahat dan berkreasi.
Di sisi lain, Jumhadi, Ketua Dewan Kemesjidan, turut menyoroti fenomena menurunnya minat pemuda terhadap masjid. “Masjid-mesjid di Indonesia harus melakukan evaluasi diri. Kenapa para pemuda enggan pergi ke masjid? Saat ini, banyak masjid justru membatasi kunjungan dengan jam operasional dan menutup akses bagi pemuda. Padahal, dahulu masjid dibuka 24 jam untuk pemuda dan masyarakat umum,” ujarnya.
Tragedi di Sibolga ini diharapkan menjadi momentum bagi seluruh pihak, khususnya pengelola masjid, untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif, aman, dan nyaman bagi generasi muda.
