WhatsApp Image 2025-11-04 at 8.00.29 PM (1)
Dipublikasikan: 15 Oktober 2023 | Kategori: Nasional, Agama, Pemuda
POST AMBON- Sebuah peristiwa tragis terjadi di Masjid Agung Sibolga, Sumatera Utara. Seorang musafir sekaligus mahasiswa, Arjuna Tamaraya (21 tahun), tewas setelah dikeroyok oleh sekelompok pria. Ironisnya, penyerangan ini dipicu karena ia dilarang beristirahat atau tidur di area masjid.

Menurut Ketua Dewan Kemesjidan PP KAMMI, peristiwa memilukan ini berisiko menimbulkan fobia di kalangan pemuda untuk masuk ke masjid. Padahal, seharusnya masjid menjadi wadah bagi pemuda untuk berkreasi dan beristirahat dengan tenang, terutama di tengah gempuran modernisasi yang tak jelas arah. Fungsi masjid sebagai pembentuk karakter generasi muda pun terancam memudar.

 

Oleh karena itu, desakan agar Bahlil Lahadalia, selaku Ketua Dewan Pembina Pemuda Masjid Dunia (Dunia Melayu Dunia Islam – DMDI), untuk segera bersuara kian mengemuka. Peran signifikannya dalam organisasi yang fokus pada pengembangan masjid, khususnya yang melibatkan generasi muda, diharapkan dapat mencegah timbulnya rasa takut di kalangan pemuda. Masjid tidak boleh berubah menjadi tempat yang menakutkan, melainkan harus tetap menjadi ruang yang ramah untuk istirahat dan berkreasi.

 

“Kita harus bisa menjaga dan merawat masjid sebagai bagian dari diri pemuda modern yang cinta masjid, bukan sebaliknya. Pihak-pihak pengemban amanah untuk mengurus masjid juga harus lebih hati-hati dalam bertindak,” tegas Jodi Setiawan, Ketua Bidang Keumatan PP KAMMI.

Di sisi lain, Jumhadi, Ketua Dewan Kemesjidan, turut menyoroti fenomena menurunnya minat pemuda terhadap masjid. “Masjid-mesjid di Indonesia harus melakukan evaluasi diri. Kenapa para pemuda enggan pergi ke masjid? Saat ini, banyak masjid justru membatasi kunjungan dengan jam operasional dan menutup akses bagi pemuda. Padahal, dahulu masjid dibuka 24 jam untuk pemuda dan masyarakat umum,” ujarnya.

 

“Dari kejadian saudara kita yang meninggal di area masjid ini, jelas bahwa masjid harusnya berperan aktif merangkul pemuda, bukan ‘membunuh’ pemuda, baik secara karakter maupun fisik. Harus ada evaluasi besar-besaran untuk seluruh masjid di Indonesia untuk menjawab mengapa pemuda enggan datang,” tegas Jumhadi.

Tragedi di Sibolga ini diharapkan menjadi momentum bagi seluruh pihak, khususnya pengelola masjid, untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif, aman, dan nyaman bagi generasi muda.

Tags:
Masjid Agung Sibolga
Pemuda Tewas Dikeroyok
Bahlil Lahadalia
KAMMI
Dewan Kemesjidan
Masjid Ramah Pemuda
Arjuna Tamaraya
Tragedi Masjid
Pemuda dan Masjid
Evaluasi Masjid Indonesia

About The Author

Tinggalkan Balasan

Verified by MonsterInsights