PostAmbon.com — Pemerintah Kota Ambon resmi menggelar Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah (Musrenbang) dalam rangka penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2025 hingga 2029. Forum penting ini digelar pada Rabu (30/7) di Ballroom Hotel Santika Ambon, dan menjadi titik krusial dalam menentukan arah pembangunan Kota Ambon lima tahun mendatang.

Mengusung tema “Wujudkan Ambon Manise Inklusif, Toleran, dan Berkelanjutan,” kegiatan ini menghadirkan lintas elemen strategis mulai dari jajaran pemerintah daerah, tokoh adat, akademisi, organisasi perempuan, hingga komunitas penyandang disabilitas. Tidak hanya menjadi agenda formal, Musrenbang ini juga mencerminkan keterbukaan Pemerintah Kota dalam menjaring aspirasi publik sebagai dasar pijakan pembangunan masa depan.
- Ambon Manise, Sebuah Visi Progresif yang Menjanjikan
Wali Kota Ambon, Bodewin M. Wattimena, yang membuka acara secara resmi, menyampaikan pidato yang sarat optimisme. Dalam sambutannya, ia menekankan bahwa periode RPJMD 2025–2029 merupakan fase pertama dalam kerangka Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Ambon tahun 2025–2045.
“Musrenbang ini bukan sekadar seremoni perencanaan. Ini adalah tonggak awal pembangunan Ambon selama dua dekade ke depan. Di sinilah kita letakkan fondasi menuju masa depan yang inklusif, adil, dan lestari,” tegas Wattimena.
Visi besar “Ambon Manise” pun diperkenalkan sebagai dasar pijakan pembangunan. Lebih dari sekadar slogan, Ambon Manise merupakan akronim dari Maju, Aman, Nyaman, Indah, Sehat, dan Sejahtera, yang menjadi penjabaran konkret dari arah pembangunan Kota Ambon dalam lima tahun ke depan.
Empat Pilar Pembangunan: Inklusif, Toleran, Berkelanjutan, dan Manise
Wattimena memaparkan bahwa visi besar ini dijabarkan ke dalam empat misi strategis, yaitu:
Ambon Manise – Peningkatan kualitas hidup warga melalui pembangunan infrastruktur dasar, layanan publik, serta digitalisasi tata kelola pemerintahan.
Ambon Inklusif – Komitmen pada pemerataan akses layanan bagi seluruh warga, khususnya kelompok rentan seperti penyandang disabilitas, perempuan, dan masyarakat miskin.
Ambon Toleran – Upaya memperkuat kohesi sosial dalam masyarakat multikultural, serta menjaga ruang publik tetap terbuka dan aman bagi seluruh kelompok etnis dan agama.
Ambon Berkelanjutan – Strategi membangun kota yang peduli lingkungan, melalui pengelolaan sumber daya yang bijak, perlindungan kawasan hijau, serta kebijakan adaptif terhadap perubahan iklim.
“Ambon yang toleran bukan hanya wacana—ini mandat sejarah dan realitas sosial kita. Keberagaman adalah kekuatan, dan kota ini harus menjadi rumah bersama bagi semua,” ujar Wattimena dengan nada serius.
- Pembangunan Bukan Sekadar Beton dan Aspal
Lebih jauh, Wali Kota juga menekankan bahwa pembangunan bukan sekadar mengejar angka pertumbuhan atau memperluas infrastruktur. Pembangunan sejati, menurutnya, adalah saat rakyat merasa dilibatkan, didengar, dan diberdayakan.
“Ketika disabilitas bisa mengakses layanan tanpa hambatan, ketika perempuan punya ruang partisipasi yang sama, dan ketika masyarakat adat dihormati dalam kebijakan—itulah pembangunan sejati,” tambahnya.
Dalam forum ini pula, Pemerintah Kota memaparkan hasil-hasil diskusi dari forum-forum pendahulu seperti FGD permasalahan pembangunan, Forum Konsultasi Publik rancangan awal RPJPD, hingga Forum Lintas Perangkat Daerah. Semua ini dirancang sebagai landasan menyusun RPJMD yang partisipatif dan berpijak pada realitas lapangan.
- Partisipasi Multisektor: Wujud Demokrasi Pembangunan
Musrenbang kali ini tidak hanya dihadiri birokrat dan politisi. Keterlibatan tokoh masyarakat, organisasi pemuda, LSM lingkungan, akademisi, hingga komunitas disabilitas menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Ambon tengah mendorong model pembangunan yang kolaboratif.
“Musrenbang ini memberikan ruang dialog yang sehat. Kami harap suara masyarakat—termasuk dari kampung, pesisir, dan gunung—betul-betul dijadikan pijakan dalam dokumen akhir RPJMD,” ungkap Ny. Roslina Pattiradjawane, perwakilan organisasi perempuan Ambon.
Sementara itu, Ketua Forum Disabilitas Ambon, Yance Noya, menekankan pentingnya aksesibilitas dalam setiap kebijakan pembangunan. “Pembangunan harus melihat kami bukan sebagai objek belas kasihan, tapi sebagai bagian dari kekuatan kota,” katanya lantang.
- Menuju Kebijakan yang Berdampak
Proses Musrenbang ini akan berlanjut pada penyusunan final dokumen RPJMD 2025–2029 yang akan disahkan menjadi dasar hukum pembangunan Kota Ambon selama lima tahun mendatang. Dokumen tersebut akan memuat program prioritas, rencana anggaran, serta indikator capaian untuk setiap sektor.
Bodewin Wattimena menutup sambutannya dengan pernyataan reflektif namun penuh tekad, “Kami bukan hanya menyusun dokumen. Kami sedang menulis masa depan Ambon. Dan untuk itu, kami butuh semua pihak berjalan bersama.”
Editor: GILBERT PASALBESSY
