IMG-20251101-WA0156

PostAmbon – Ada sesuatu yang berbeda di udara Dusun Batu Tagepe pagi ini. Bukan hanya bau tanah basah usai hujan, melainkan semacam getar kebahagiaan yang tak terbendung. Senyum-senyum lebar menghiasi wajah warga yang berkumpul, menyaksikan jalan beton sepanjang 110 meter yang telah menggantikan jalur setapak becek yang selama ini menjadi ‘rintihan’ mereka sehari-hari. Hanya tinggal sentuhan akhir, dan jalan itu akan resmi menjadi urat nadi baru bagi dusun kecil ini.

Aku menyaksikan sendiri bagaimana gurat-gurat lelah di wajah Letda Inf Patiruhu, Koordinator Lapangan TMMD, seolah menguap ditelan cahaya bangga di matanya. Dia tidak hanya memimpin, tapi juga menyatu dengan warga. Tangannya yang mungkin juga kapalan, kerap menyambut genggaman hangat bapak-bapak dan pemuda dusun.

“Lihatlah,” ucap Pak Patiruhu, suaranya bergetar penuh rasa haru, bukan sekadar membaca pernyataan resmi. “Ini bukan cuma soal semen dan pasir. Ini tentang cerita kita bersama. Setiap jengkal jalan ini adalah bukti bahwa ketika kami dari TNI datang, kalian, warga, tidak hanya menonton. Kita bergerak bersama.”

Seorang ibu paruh baya, Mince (53), yang kusapa di pinggir jalan, matanya berkaca-kaca. “Dulu, jalankan anak ke sekolah harus numpang ojek, keluar duit setiap hari. Kalau hujan, kami harus angkat sepeda motornya yang selip di lumpur. Sekarang… Alhamdulillah,” ujarnya sambil menatap panjang jalan tersebut, seolah sedang memandangi sebuah hadiah terindah. Senin ( 10/11/2025)

Ada sebuah energi yang tak terbantahkan di sini. Ini bukan lagi sekadar program TMMD ke-126 Kodim 1504/Ambon yang tercatat dalam laporan. Ini adalah tentang manusia. Tentang prajurit TNI yang rela berpanas-panas, dan warga yang dengan sukarela menyediakan teh hangat dan dorongan semangat. Tentang obrolan ringan, tawa, dan canda yang mengiringi setiap hentakan pacul dan dorongan gerobak.

Pak Patiruhu, dengan baju lorengnya yang sedikit ternoda tanah, menambahkan dengan keyakinan yang dalam, “Pekerjaan belum selesai, masih ada sasaran lain. Tapi semangat seperti ini, semangat yang terasa di hati, yang membuat kami yakin semuanya bisa kita rampungkan. Bukan untuk kami, tapi untuk Ibu Mince, untuk anak-anak yang akan bersepeda dengan riang di jalan ini, untuk masa depan Batu Tagepe yang lebih baik.”

Jalan sepanjang 110 meter itu, bagiku yang menyaksikannya, kini terasa lebih panjang dari angka yang tertera. Ia adalah sebuah kanvas yang di atasnya terukir kisah tentang percaya, tentang kerja sama, dan tentang harapan yang akhirnya menjelma menjadi kenyataan. Ia adalah pengingat yang powerful bahwa pembangunan yang paling bermakna adalah yang lahir dari rasa kepemilikan bersama, disirami keringat, dan ditumbuhkan oleh hati.

About The Author

Tinggalkan Balasan

Verified by MonsterInsights